PAMERAN KEMBULAN #3 bertema “NGUWONGKE” DI GALERI R.J KATAMSI ISI Yogyakarta
🎨
Pameran KEMBULAN #3: Ketika Seni Mengingatkan Kita untuk Menjadi Manusia
Hello bos… Ciieee, nunggu aku nulis ya? Eh, siapa juga yang nungguin aku nulis? Nggak ada kali. Tapi ya sudahlah — walau nggak ada yang lihat, aku, Abdul Rochman, akan tetap menulis lagi.
Bukan tentang jaringan komputer, bukan tentang Mikrotik atau Cisco, tapi tentang sesuatu yang lebih dalam: manusia dan rasa.
Seperti melukis senja, setiap pameran adalah upaya memaknai warna.
Kali ini, aku berdiri di Galeri Katamsi, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, di tengah pameran bertajuk KEMBULAN #3 dengan tema “NGUWONGKE” — yang dalam bahasa Jawa berarti memanusiakan manusia.
Retoris, ya? Tapi coba pikir sebentar: apa manusia hari ini masih memanusiakan sesamanya?
Atau kita justru sibuk menilai, menekan, dan menumpuk ambisi sampai lupa menatap mata orang lain?
Suasana pameran ini begitu tenang, tapi menampar pelan.
Karya demi karya seperti berbicara tanpa suara. Ada lukisan yang berteriak lewat warna merahnya, ada instalasi yang sunyi tapi menyesakkan dada. Semua seolah berkata, “Hei, kamu masih punya hati, kan?”
Aku terpaku pada sebuah karya yang terbuat dari potongan besi tua, kayu lapuk, dan kain sobek — membentuk tubuh manusia yang nyaris roboh.
Dari jauh tampak kuat, tapi dari dekat rapuh.
Bukankah kita semua seperti itu? Terlihat tegak di luar, tapi compang-camping di dalam?
Seniman-seniman besar seperti Didik Nini Thowok, FX Harsono, Tisna Sanjaya, dan Entang Wiharso menumpahkan keresahan mereka di sini.
Tentang manusia, tentang empati, tentang dunia yang semakin ramai tapi juga semakin sepi.
Dan di tengah hiruk-pikuk Jogja yang kadang membuatku ingin misuh, aku malah menemukan diam yang lain — diam yang menyentuh.
Mungkin, memang seni diciptakan bukan untuk dimengerti sepenuhnya, tapi untuk membuat kita berhenti sejenak dan bertanya:
Apakah aku masih manusia yang memanusiakan?



0 Response to "PAMERAN KEMBULAN #3 bertema “NGUWONGKE” DI GALERI R.J KATAMSI ISI Yogyakarta"
Post a Comment